Senin, 13 Juli 2009

inquiry berorientasi discovery

BAB I

PENDAHULUAN





1.1.Latar Belakang



Bidang studi proses belajar mengajar semakin meminta perhatian di kalangan peminat dan ahli ilmu pendidikan dan keguruan. Hal ini erat kaitannya dengan Visi dan Misi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yang berfungsi menyiapkan tenaga professional kependidikan. Dengan demikian, merupakan suatu kebutuhan bahkan keharusan bagi setiap tenaga kependidikan ( guru, non guru dan tenaga kependidikan lainnya ) menguasai kompetensi di bidang proses belajar mengajar atau proses pengajaran / pembelajaran ( Hamalik, 2008: v ).

Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki guru adalah kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Guru sebagai orang yang melaksanakan proses belajar mengajar tersebut harus dapat menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarakan serta dalam proses belajar mengajar guru harus bisa menempatkan siswa sebagai subjek belajar, dimana siswa dituntun untuk belajar sendiri dan berpikir kritis dalam proses belajar sehingga siswa menjadi aktif dalam belajar dan proses belajar mengajar itu menjadi “Student Centered”.

Pengajaran yang berpusat pada siswa ( Student Centered ) adalah proses belajar mengajar berdasarkan kebutuhan dan minat siswa. Metode pembelajaran yang berpusat pada siswa dirancang untuk menyediakan system belajar yang fleksibel sesuai dengan kehidupan dan gaya belajar siswa. Lembaga pendidikan dan guru tidak berperan sebagai sentral melainkan hanya sebagai penunjang ( Hamalik, 2008: 201 )

Salah satu metode pembelajaran yang proses belajar berpusat pada siswa yaitu metode pembelajaran inquiry berorientasi discovery. Menurut Hamalik ( 2008, 219 ) Pengajaran inquiry ini dibentuk atas dasar discovery, sebab seorang siswa harus menggunakan kemampuannya berdiscovery dan kemampuan lainnya. Pengajaran berdasarkan inquiry ( inquiry – based teaching ) adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa ( student – centered strategy ) dimana kelompok – kelompok siswa dibawa kedalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas (Hamalik, 2008 : 220 ). Sedangkan Discovery adalah suatu strategi dimana guru mengizinkan agar siswa melakukan penemuan sendiri informasi dalam suasana tradisional padahal analisis yang sederhanan itu hanyalah merupakan pratek suatu strategi yang lebih kompleks ( Hamalik, 2008 : 134 ),

`Menurut Hamalik ( 2008 : 220 ), mendefinisikan metode pembelajaran inquiry berorientasi discovery sebagai situasi – situasi akademik dimana kelompok – kelompok kecil siswa ( yang terdiri atas 4 sampai 6 orang anggota ) mencari jawaban – jawaban terhadap topik – topik inquiri. Dalam situasi – situasi tersebut, para siswa dapat menemukan konsep atau rincian informasi.

Untuk itu, penggunaan metode inquiry berorientasi discovery yang berpusat pada siswa perlu di praktekkan dalam kegiatan belajar mengajar karena metode ini inquiry berorientasi discovery selalu mengusahakan agar siswa terlibat dalam maslah – masalah yang dibahas. Siswa diprogramkan agar selalu aktif, secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru, tidak hanya diberitahukan begitu saja dan diterima oleh siswa, namun siswa diusahakan sedemikian rupa hingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka “menemukan sendiri” konsep – konsep yang direncanakan oleh guru ( Ahmadi, 2005: 79 ). Metode ini mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan deduktif melalui pengalaman – pengalaman kelompok dimana siswa berkomunikasi, berbagi tanggung jawab, dan bersama – sama mencari pengetahuan. Dalam metode ini, guru ditempatkan sebagai fasilitator, narasumber dan penyuluhan bukan sebagi sumber informasi utama. Melalui metode ini, siswa diarahkan untuk menemukan suatu pengetahuan sendiri, bukan di jejali dengan pengetahuan (hamalik, 2008: 220-221 ). Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung ini dianggap sesuai dengan inti dari metode inquiry berorientasi discovery yang menekankan pada penyelidikan yang berorientasi pada penemuan. Pada materi ini, siswa dapat meyelidiki dari mana dapatnya rumus – rumus yang ada pada materi lingkaran tersebut sampai akhirnya mereka memperoleh suatu penemuan sendiri.

Kegiatan pembelajaran yang selama ini sebagian dilakukan oleh guru khususnya guru matematika di SMP Negeri 2 Palembang masih secara klasikal. Dimana siswa hanya terfokus pada pembelajaran yang lebih ditekankan pada metode yang banyak di warnai dengan ceramah, menoton pada guru seperti salah satu materi di SMP kelas XI yaitu materi Bangun Ruang Sisi Lengkung guru hanya memberikan rurmus – rumus yang sudah jadi tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki dan menemukan dari mana rumus itu di dapatkan sehingga hal tersebut membuat siswa menjadi pasif dalam proses belajar mengajar dan rendahnya hasil belajar siswa tersebut, hal itu dilihat dari hasil belajar siswa yang rata – rata hasil belajarnya masih di bawah 5, 5 sehingga belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) dalam kegiatan belajar mengajar .

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan aktivitas dan hasil belajar anak didik dalam pembelajaran matematika dengan judul

“PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRI BERORIENTASI DISKOVERI PADA PELAJARAN MATEMATIKA DI SMP NEGERI 2 PALEMBANG”.



1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar selama diterapkan metode pembelajaran inquiry berorientasi discovery pada pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Palembang ?

2. Bagaimana hasil belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran inquiry berorientasi discovery pada pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Palembang ?

1.3.Pembatasan Masalah

Agar pemasalahan permasalahan lebih fokus dan tidak salah pengertian terhadap masalah yang diteliti serta keterbatasan yang penulis miliki dalam melakukan penelitian, maka ruang lingkup permasalahannya penulis batasi sebagai berikut :

1. Penerapan yang dimaksud adalah penerapan metode pembelajarn inquiry berorientasi discovery pada pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Palembang.

2. Metode inquiry berorientasi discovery adalah suatu metode pembelajaran yang pada proses pembelajarannya siswa dituntut melakukan “penyelidikan” hingga akhirnya mendapat suatu “penemuan”.

3. Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas siswa selama penerapan metode pembelajaran inquiry berorientasi discovery pada pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Palembang.

4. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar setelah penerapan metode pembelajaran inquiry berorientasi discovery yang dilihat dari tes essay.

5. Materi pada penelitian ini adalah Bangun Ruang Sisi Lengkung ( Luas selimut tabung, kerucut, bola dan volume sisi lengkung bangun ruang )

6. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas XI di SMP Negeri 2 Palembang.

1.4.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui :

1. Aktivitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar selama diterapkan metode pembelajaran inquiry berorientasi discovery pada pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Palembang.

2. Hasil belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran inquiry berorientasi discovery pada pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Palembang.

1.5.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapakan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi guru sebagai pengetahuan guna meningkatkan dan mengembangkan mutu kegiatan belajar mengajar sehingga dicapai hasil belajar yang baik.

2. Bagi sekolah sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan.











BAB II

TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Pembelajaran

Peranan guru sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena dengan materi yang banyak dan waktu yang terbatas siswa kurang memahami pelajaran yang diajarkan oleh guru. Ini tidak terlepas dari kemampuan guru merancang dan mengelolah proses pembelajaran yang membuat siswa dapat belajar dengan baik.

Pembelajaran merupakan istilah yang lebih dipengaruhi oleh perkembangan hasil – hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar, siswa diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang peranan yang utama, sehingga dalam penataan proses belajar mengajar siswa dituntut beraktivitas secara penuh bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran. Jika dalam istilah “mengajar ( pengajaran )” menempatkan guru sebagai “pemeran utama” memberikan informasi, maka dalam “pembelajaran” guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, mengelolah berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa ( Sanjaya, 2008 : 79 ).

Hamalik (2008 : 57 ), pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur – unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan ( Segala, 2009 : 61 ).

Sedangkan menurut UUSPN No.20 tahun 2003 dalam Segala ( 2009: 62 ) menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidikdan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Berdasarkan pendapat – pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara siswa dan guru, dimana siswa tidak hanya sebagai penerima informasi tetapi ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga terjadi perubahan perilaku siswa kearah yang lebih baik.

2.2.Metode Pembelajaran

Suryosubroto ( 2002 : 149 ) mengatakan metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam metode pembelajaran, tujuan yang dimaksud adalah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Metode pembelajaran merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu, peranan metode pembelajaran sangat penting sebagai alat dalam menciptakan proses belajar mengajar.

Ahmadi ( 2005 : 52 ) mengatakan bahwa metode pembelajaran adalah teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajara atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa dalam kelas, baik secara individual maupun secara kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.

Sedangkan menurut surakhmad dalam Suryosubroto ( 2002 : 148 ) menegaskan bahwa metode pembelajaran adalah cara – cara pelaksanaan dari pada proses pembelajaran atau soal bagaimana teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid – murid di sekolah.

Berdasarkan pendapat – pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan seorang guru dalam proses belajar mengajar untuk menyampikan materi pelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2.3.Inkuiri Berorientasi Diskoveri

Menurut Ahmadi ( 2005 : 76 ), Ditinjau dari arti katanya “discover” berarti menemukan dan “discovery” adalah penemuan, sedangkan “inquire” berarti menanyakan, meminta keterangan atau penyelidikan dan Inquiry berarti penyelidikan.

Hamalik ( 2008 : 220 ), menyatakan bahawa pengajaran berdasarkan inquiri ( inquiry – based teaching ) adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa ( student – centered strategy ) dimana kelompok – kelompok siswa dibawa kedalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas.

W. Gellu ( 2005 : 84 ), mendefinisikan inkuiri sebagai suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuan dengan penuh percaya diri.

Mulyasa ( 2008 : 110 ), Penemuan ( discovery ) merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pemebelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses dari pada hasil belajar.

Sedangkan menurut Hamalik ( 2008 : 134 ), Diskoveri adalah suatu strategi dimana guru mengizinkan agar siswa melakukan penemuan sendiri informasi dalam suasana tradisional padahal analisis yang sederhanan itu hanyalah merupakan pratek suatu strategi yang lebih kompleks.

Sund dalam Suryosubroto ( 2002; 193 ) mengatakan bahwa inkuiri merupakan perluasan proses diskoveri yang digunakan lebih mendalam, sejalan dengan hal tersebut menurut Hamalik ( 2008, 219 ) Pengajaran inkuiri ini dibentuk atas dasar discovery, sebab seorang siswa harus menggunakan kemampuannya berdiskoveri dan kemampuan lainnya.

Amin dalam Ahmadi (2005: 76 ) mengutarakan bahwa pengajaran diskoveri harus meliputi pengalaman – pengalaman belajar untuk menjamin siswa dapat mengembangkan proses – proses diskoveri. Dengan demikian, pada pengajaran diskoveri ini, kegiatan belajar mengajar harus dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep – konsep atau prinsisp – prinsip melalui mentalnya dengan mengamati, mengukur, menduga, menggolongkan, mengambil kesimpulan, dan sebagainya. Pada inkuiri proses – proses yang terjadi lebih luas dan lebih tinggi tingkatannya dari pada diskoveri. Proses – proses mental yang terjadi dalam inkuiri antara lain, merumuskan masalah, membuat hipotesis, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Suhubungan dengan pengertian tersebut, pada pengajaran inquiry, kegiatan belajar mengajar harus direncanakan agar siswa memperoleh pengalaman – pengalaman, sehingga berkesempatan untuk mengalami proses – proses inkuiri.

Berdasarkan beberapa rumusan, Hamalik ( 2008 : 220 ), mendefinisikan metode pembelajaran Inquiri Berorientasi Diskoveri menunjuk pada situasi – situasi akademik dimana kelompok – kelompok kecil siswa ( umumnya antara 4 sampai 5 anggota ) berupaya menemukan jawaban – jawaban atas topik – topik inkuiri. Dalam situasi – situasi tersebut, para siswa dapat menemukan konsep atau rincian informasi.

Sedangkan menurut Azhar ( 1993 : 98 ). Metode Inkuiri Berorentasi Diskoveri merupakan metode inquiry ( penyelidikan ) yang menuju pada discovery ( penemuan ). Melalui “penyelidikan” siswa berhasil memperoleh suatu “penemuan”. Pada proses pembelajarannya siswa dituntut melakukan “penyelidikan” hingga akhirnya mendapat suatu “penemuan”. Dalam situasi ini para siswa melakukan berbagai langkah inquiri untuk menemukan konsep – konsep yang dapat diketahui atau diperoleh.

Pada proses Inkuiri Berorientasi Dikoveri ini guru bertidak sebagai fasilitator, narasumber, dan penyuluh kelompok. Para siswa di dorong untuk mencari pengetahuan sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan ( Hamalik, 2008 : 221 ).

Hamalik ( 2008 : 221 ), mengungkapkan agar pelaksanaan proses inkuiri berorientasi diskoveri ini berhasil,guru harus memperhatikan beberapa kriteria, yaitu :

1. Mendefinisikan secara jelas topik inkuiri yang dianggap bermanfaat bagi siswa.

2. Membentuk kelompok – kelompok dengan memperhatikan keseimbangan aspek akademik dan aspek sosial.

3. Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kelompok – kelompok dengan cara yang resfonsif dan tepat waktunya.

4. Intervensi untuk meyakinkan terjadi interaksi antar pribadi secara sehat dan terdapat dalam kemajuan pelaksanaan tugas.

5. Melakukan evaluasi dengan berbagai cara untuk menilai kemajuan kelompok dan hasil yang dicapai.

Pelaksanaan metode inkuiri berorientasi diskoveri ini didalam suatu kelas dilaksanakan oleh kelompok – kelompok yang terdiri dari enam orang tiap kelompok dan tiap kelompok melakukan peran tertentu yaitu :

1. Pemimpin kelompok bertangung jawab memulai diskusi, menyiapkan kelompok untuk mengerjakan tugas dan melengkapi tugas – tugas, bertemu dengan guru untuk mendiskusikan kemajuan dan kebutuhan kelompoknya, mendeskripsikan kemajuan dan kebutuhan kelompoknya, mendeskripsikan informasi dari guru kepada kelompok dan menyampaiakn kepada kelas atau kepada kelompok lainnya.

2. Pencatat ( recorder ); membuat dan memelihara catatan , karya tulis, dan materi tulisan kelompok, baik yang dibuat pada waktu berdiskusi maupun membagikannya kepada anggota kelompok, serta membuat daftar centang ( check list ) dan daftar hadir para anggota kelompok.

3. Pemantau diskusi ( discussion monitor ); berupaya memastikan bahwa diskusi berlangsung lancar dan semua pendapat disampaikan dan dibahas dalam diskusi. Pemantauan dilalukan agar diskusi berlangsung secara terbuka dan mendapat dukungan.

4. Pendorong ( prompter ); memelihara mental berdiskusi para anggota dengan teknik menggunakan daftar centang partisipasi terhadap semua anggota agar memberikan kontribusi dan mencoba menggambarkan penjelasan yang lebih rinci dari para anggota kelompok.

5. Pembuat Rangkuman ( summarizer ); selama berlangsungnya diskusi dan pada waktu menarik kesimpulan pada setiap pertemuan inkuiri, perangkum merangkum butir – butir pokok yang muncul dan merangkum tugas – tugas spesifik baik yang lengkap maupun yang belum lengkap, mengundang pertanyaan – pertanyaan dari kelompok untuk mengklarifikasikan kedudukan kemajuan dan tujuan – tujuan kelompok.

6. Pengacara ( advocate ); bertugas melakukan dan memberikan pendapat bandingan terhadap argumen yang disampaikan dalam diskusi terhadap pandapat yang diajukan oleh kelompok lainnya ( Hamalik, 2008 : 221 – 222 ).

Langkah – langkah inti dalam metode inkuiri berorientasi diskoveri yang dikemukakan Hamalik ( 2003 : 221 ) adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi dan merumuskan situasi yang menjadi fokus inkuiri secara jelas.

2. Mengajukan suatu pertanyaan tenatang fakta.

3. Memformulasikan hipotesis atau bebarapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah 2.

4. Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji setiap hipotesis dengan data yang terkumpul.

5. Merumuskan jawaban atas pertanyaan sesungguhnya dan menyatakan sebagai proposisi tentang fakta. Jawaban itu mungkin merupakan sintesis antara hipotesis yang diajukan dan hasil – hasil dari hipotesis yang diuji dengan informasi yang terkumpul.

2.4.Aktivitas Belajar

Menurut Hamalik ( 2002 : 34 ), Aktivitas belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan untuk mencapai pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Hal ini sejalan dengan fungsi dan tugas guru sebagai fasilitator dan mediator dalam pembelajaran. Guru hendaknya mampu menciptakan pembelajaran yang dapat mengikut sertakan siswa secara aktif baik fisik maupun mental sebagai individu ataupun sebagai kelompok.

Siswa merupakan salah satu pelaku dalam proses pembelajaran disekolah, dimana siswa dituntun untuk selalu aktif memproses dan mengelolah informasi yang diterima dalam proses kegiatan belajar mengajar. Implikasi dari keaktifan belajar siswa, berupa perilaku – perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan dan perilaku sejenis lainnya.

Menurut Slameto ( 2003: 36 ) menyatakan bahwa, dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berfikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memilki ilmu / pengetahuan itu dengan baik.

Sedangkan menurut Paul D. Dierich dalam Hamalik ( 2008 : 172 ) ada 8 macam kegiatan yang dilakukan peserta didik pada saat pembelajaran meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa. Aktivitas – aktivitas tersebut adalah :

1. Kegiatan – kegiatan Visual :

Membaca, melihat gambar – gambar , mengamati eksperimen, demontrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Kegiatan – kegiatan Lisan :

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, saran, mengajukan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

3. Kegiatan – kegiatan Mendengarkan :

Mendengrakan penyajian bahan, mendengar percakapan/diskusi kelom[pok, mendengarkan suatu permainan, mendenngar radio.

4. Kegiatan – kegiatan Menulis :

Menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin dan sebagainya.

5. Kegiatan – kegiatan Menggambarkan :

Seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola dan sebagainya..

6. Kegiatan – kegiatan Metrik :

Melakukan percobaan, membuat kontruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan se bagainya.

7. Kegiatan – kegiatan Mental :

Menanggap, mengingat, memcahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya.

8. Kegiatan – kegiatan Emosional :

Menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya.

Dengan demikian aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar karena segala sesuatu tidak akan tercapai secara maksimal bila setiap individu tidak aktif dalam melaksanakan suatu kegiatan.

2.5. Hasil Belajar

Jika melakukan proses pembelajaran guru juga berharap dengan hasil belajar. Hasil adalah sesuatu yang diadakan oleh usaha, sedangkan belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang “seseorang dikatakan belajar bila diasumsikan dalam diri orang terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku ( Hudoyono, 1990: 1 ).

Sedangkan Menurut Dimyati dan Mudjiono ( 2006 : 3 ), Hasil belajar merupakan hasil dari suatu tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan evaluasi hasil belajar. Dari siswa, hasil belajar merupakan suatu puncak proses balajar.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama mengikuti proses belajar mengajar,maka perlu dilaksanakan pengukuran hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar yang biasanya dinyatakan dalam angka atau nilai tertentu. Tes hasil belajar dapat digunakan untuk menilai kemajuan belajar dan mencari masalah – masalah dalam balajar ( Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 295 ).

Dengan penerapan metode pembelajaran inquiry berorientasi discovery diharapakan proses belajar yang dilakukan siswa dapat berlangsung secara efektif dan efisien, sehingga dengan partisifasi aktif dari siswa selama proses belajar mengajar dapat menyebabkan peningkatan hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 2 Palembang.

2.6.Pengertian Matematika

Matematika berasal dari bahasa latin manhatein atau manthema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari, sedangkan dalam bahasa belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti yang semuanya berkaitan dengan penalaran. ” matematika sebagai suatu ilmu yang memilki objek dasar abstrak yang berupa fakta, konsep, operasi dan prinsip” ( Dinas, 1995: 1).

Matematika menurut Ruseffendi dalam Heruman ( 2007: 1 ) adalah bahasa simbolik ilmu deduktif, ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, keunsur yang didefinisikan ke aksioma atau pastulat dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikta matematika menurut Soedjadi dalam Heruman ( 2007; 1 ), yaitu memiliki objek tujuan abstrsk, bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir deduktif.

Matematika merupakan ilmu mengenai struktur dan hubungan – hubungannya, simbol – simbol diperlukan. Simbol – simbol itu penting untuk membantu manipulasi aturan –aturan dengan operasi yang ditetapkan, simbolisasi menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk konsep sebelumnya, sehingga matematika itu konsep – konsepnya tersusun secara hirarkis ( Subandi, 2007: 3 ).

Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang bersifat konsisten. Karena itu dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pasti yang berkenaan dengan ide – ide / konsep – konsep abstrak yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan penalaran.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika dalah suatu ilmu terapan yang memerlukan penalaran, proses dan ide dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan – bilangan.

Matematika dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah adalah matematika sekolah. Matematika sekolah dalah matematika yang diajarkan di sekolah, yaitu matematika yang di ajarkan dipendidikan dasar ( SD / Sederajat ) dan pendidikan menengah ( SMP / Sederajat dan SMA / Sederajat ) ( Depdikbud, 1994:18 ).

2.7.Tujuan Pembelajaran Matematika

Adapun tujuan pembelajaran matematika menurut Depdikbud ( 2003: 6 ) adalah:

1. Melatih secara berpikir dan nalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukan persamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.

2. Mengembangkan aktivitas kreaktif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba – coba.

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4. Mengembangkan kemampuan menyampikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan anatara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam penjelasan gagasan.


3. Prosedur Penelitian

3.1.Variabel Penelitian

“Variabel Penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi objek peneliti” ( Arikunto, 2006 : 118 ). Berdasarkan pengertian variable penelitian diatas, maka yang menjadi titik perhatian dalam penelitian ini adalah

3. Aktivitas belajar siswa selama mengikuti kegiatan belajar matematika dengan metode pembelajaran inquiri berorientasi diskoveri pada pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Palembang.

4. Hasil belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran inquiri berorientasi diskoveri pada pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Palembang.



4. Populasi dan Sampel

4.1.Populasi

“Populasi adalah keseluruhan subjek peneliti” ( Arikunto, 2006 : 130 ). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Palembang. Jumlah populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

4.2.Sampel

Menurut Arikunto (2006 : 131 ), “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik sampel random sampling, yaitu dengan mengambil satu kelas yang ditentukan berdasarkan undian, dengan syarat semua kelas VIII SMP Negeri 2 Palembang adalah homogen. Hal ini dilakukan dengan cara mengundi kertas yang telah ditulis nama kelas tersebut yaitu kelas VIII.1 sampai VIII.7 didapat kelas VIII.4 sebagai sampel penelitian.

5. Metode Penelitian

“Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya” ( Arikunto, 2006 :160 ). Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode ekperimen semu kategori one shot case study adalah sebuah eksperimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding dan juga tanpa tes awal, dengan model ini peneliti ingin mengetahui efek dari perlakuan yang diberikan pada kelompok tanpa mempengaruhi faktor lain ( Arikunto, 2006 : 85 ).

6. Teknik Pengumpulan Data

Didalam penelitian ini ada 2 teknik pengumpulan data yaitu :

6.1.Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan terjun dan melihat langsung kelapangan terhadap objek yang diteliti ( populasi ). Pengamatan disebut juga penelitian lapangan ( Hasan, 2005 : 17 ).

Observasi berfunsi untuk mengetahui kesesuaian antara rencana tindakan yang sedang berlangsung dengan harapan dapat menghasilkan perubahan yang diinginkan. Observasi yang dilakukan untuk melihat bagaimana aktivitas siswa pada proses blajar melalui penerapan metode pembelajaran inquiri berorientsai diskoveri pada pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Palembang.

Adapun lembar observasi ditulis berdasarkan indictor pengamatan aktivitas belajar siswa pada saat penerapan metode pembelajaran inquiri berorientsai diskoveri pada pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Palembang adalah sebagai berikut :

1. Indikator Kegiatan – kegiatan Visual :

Deskriptor :

a. Siswa membaca hasil diskusinya

b. Siswa memperhatikan penjelasan guru

c. Siswa memperhatikan persentase kelompok lain.

2. Indikator Kegiatan – kegiatan Lisan :

Deskriptor :

a. Siswa berdiskusi dengan teman kelompoknya

b. Siswa bertanya tentang langkah – langkah pembelajaran inquiri berorientasi diskoveri yang belum dimengerti.

c. Siswa mengeluarakan pendapat

3. Indikator Kegiatan – kegiatan Menulis :

Deskriptor :

a. Siswa merumuskan hipotesis

b. Siswa mencatat hasil penyelidikan dan penemuannya

c. Siswa menyelesaikan soal –soal latihan.

4. Indikator Kegiatan – kegiatan Mental :

Deskriptor :

a. Siswa menganalisis hasil penyelidikan dan penemuannya.

b. Siswa mampu mengambil kesimpulan dari penyelidikan dan penemuannya.

c. Siswa menanggapi hasil kelompok lain

6.2.Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok ( Arikunto, 2006 : 150 ). Dalam penelitian ini digunakan tes dalam bentuk essay yang dilaksanakan setelah proses belajar mengajar berlangsung pada materi lingkaran di kelas VIII SMP negeri 2 Palembang.

7. Teknik Analisis Data

7.1.Analisis Data Observasi

Data diperoleh dari hasil penelitian terhadap lembar obsrvasi aktivitas belajar siswa yang dilihat dari empat indikator dan tiap – tiap indikator terdiri dari tiga deskriptor. Pada deskriptor yang tampak diberi tanada chek list ( ), pengamatan dilakukan pada awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran

Setelah diperoleh data observasi maka data tersebut dianalisis dengan rumus dibuku ( Purwanto, 2004 : 102 )



Data hasil tes belajar yang telah didapat diperiksa dan dinilai, kemudian dianalisis untuk melihat daya serap siswa setelah diterapkan metode pembelajaran inquiri berorientasi diskoveri pada pelajaran matematika.

Adapun langkah – langkah yang dilakukan untuk menganalisis data tes hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika adalah :

5. Memeriksa jawaban siswa dan memberikan skor hasil jawaban sesuai dengan skor dari hasil jawaban berdasarkan patokan yang telah ditentukan.

6. Membuat analisis hasil belajar pada mata pelajaran matematika.

7. Kemudian data hasil tes siswa diolah atau di analisis dengan statistic yaitu dengan menggunakan rumus rata – rata dibuku ( Sudjana, 2002 : 67 ).



DAFTAR PUSTAKA



Ahmadi, A. dan J.T. Prasetya.2005. Strategi Belajar Mangajar ( SBM ).Bandung: Pustaka Setia.

Arikunto dan Jabar.2004. Evaluasi Program Pendidikan PedomanTeoritis Praktis Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Edisi Revisi VI.Jakarta:Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta.

Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajarn. Jakarta: Bumi Aksara.

. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar CBSA. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

. 2008. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa.2008. Menjadi Guru Profesioanl.Bandung:Remaja Rosdakarya.

Roestiyah.2008. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Rineka Cipta.

Segala, S.2009.Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W.2008.Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Sudjana, D.2002. Metode Statistik.Bandung:Tarsito.

Suryosubroto, B.2002.Proses Belajar Mengajar DiSekolah.Jakarta:Rineka Cipta.

Purwanto, Ngalim.2004.Prinsip–prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.Bandung:Remaja Rosdakarya.

in

in